Perang Tarif Antar Operator selular Meletus Kembali

Kini para operator saling ‘serang’ dengan tarif murah pada layanan akses data

Masih ingat dengan tarif Rp I untuk menelpon ? Yang kemudian berubah menjadi Rp 0,00000001. Bahkan ada operator yang memberikan tarif gratis. Ya, itulah masa di mana terjadi perang tarif antar operator untuk layanan voice call dan juga SMS. Dengan harapan, kala itu, meski nilai tarif ditekan tapi jumlah pelanggan bisa semakin bertambah, sehingga masih bisa mendapatkan margin yang bagus.

perang tarif sellular

Tapi kenyataanya, pemasukan operator dari layanan voice dan sms malah merosot. Kondisi beberapa operator pun sempat limbung. Apalagi ditambah peristiwa ‘black October 2011’ yang membuat pemasukan dari layanan VAS (value added service) tersumbat. Hingga akhirnya ditemukan kembali sumber pemasukan baru yang dinilai berpotensi menjadi sumber pendapatan baru. Yaitu layanan data alias akses internet. Ini seiring dengan meningkatnya penggunaan akses internet mobile.

Namun, belum juga operator bisa lama menikmati manisnya layanan data, perang tarif kembali meletus. Entah siapa yang memulai yang pasti kini para operator kembali saling melancarkan serangan penawaran layanan data dengan tarif murah. XL contohnya yang memberikan tarif Rp 1000 namun sudah bisa menikmati internet kuota 20 MB selama seharian. Hal yang mirip juga dilakukan Axis

dengan memberlakukan tarif Rp 1.000 untuk akses data 15 Mb selama seharian. Berbeda lagi dengan yang ditawarkan Tri, yang memberikan bonus 50 MB setiap bulan jika berlanggan paket akses internetnya yang dinamakan AlwaysOn dan melakukan isi ulang. Axis juga memberikan gratis internet 5 MB setiap isi pulsa Rp 5 ribu.

Adanya perang tarif layanan data diakui oleh Daniel Horan, Chief Marketing Officer of Axis Indonesia, “Saat ini memang sudah terjadi perang tarif. Masing – masing operator berusaha memberikan tarif yang paling terjangkau”ujarnya. Namun menurut Daniel lebih lanjut, mungkin saja menurut operator lain ini disebut perang tarif, tapi menurut Axis ini adalah hal yang normal. “Dan memang seharusnya operator harus sanggup bersaing memberikan tarif dan layanan internet yang terjangkau” tambah Daniel .

Hal yang berbeda diungkapkan oleh Dian Siswarini, Direktur Teknologi, Konten dan New Business XL Axiata Tbk. Menurut Dian, seharusnya para operator bisa menjaga agar tidak terjadi perang tarif pada layanan data. “Layanan data baru tumbuh, jangan sampai dengan adanya perang tarif membuat layanan data mati sebelum berkembang” ujar Dian. Namun Dian menampik kalau yang dia maksud bukanlah dimaksudkan melakukan kartel. Namun lebih untuk menjaga pasar layanan data agar bisa berkembang. Karena bagaimana pun operator butuh pemasukkan untuk membangun jaringan handal, yang akhirnya berpulang pada kualitas layanan data.

Hal senada juga diungkapkan oleh Alex J Sinaga, Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), dia menghimbau seluruh anggotanya, dalam hal ini para operator, untuk menghentikan perang tarif di jasa data. Bahkan lebih jauh Alex menuturkan ini penting agar para operator juga kuat melawan dominasi pemain Over The Top (OTT) seperti Google, Microsoft, Apple dan lainnya di Indonesia. “Saat ini tarif data di Indonesia paling murah. Dengan 8 sen dollar AS, Indonesia merupakan negara dengan tarif koneksi termurah di wilayah Asia. Malaysia saja 300 sen dollar AS, India 40 sen dollar AS, Thailand 30 sen dollar AS dan Singapura 15 sen dollar AS,” ungkap Alex, dalam sebuah seminar . Menurut Alex, mengandalkan tarif untuk berkompetisi sudah bukan eranya. “Kondisi di jasa data ini tidak sehat, dimana 10 pengguna masuk ke jaringan, hanya 4 yang menjadi pendapatan. Marginnya tipis. Ditambah perang tarif, ini sama saja sudah dipukul rame-rame oleh musuh dari luar (OTT), di dalam kita saling cakar” tambah Alex.(mustafidridantycellular)

Tinggalkan komentar